THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 10 Oktober 2007

Review Zaman Bergerak

BAB 6 : ZAMAN REAKSI DAN ZAMAN PARTAI

Kongres CSI (Central Sarekat Islam) tahun 1919 memiliki dampak besar pada perjuangan organisasi ini. Tarik-menarik kepentingan anatara kubu Cokroaminoto, Agus Salim, dan Suryopranoto dari SI (Sarekat Islam) Yogyakarta melawan kubu “merah” SI Semarang yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Akar permasalahannya muncul saat Suwardi Suryaningrat, tokoh Indische Partij baru kembali dari Belanda. Dia memperkenalkan disiplin diri partai (partijtucht) sebagai sarana untuk memperjelas identitas dan perjuangan oraganisasi massa ini. Semua ormas, Budi Utomo, Insulinde mulai menerapkan displin partai karena banyak tokoh pergerakan merangkap jabatan di berbagai ormas sekaligus. Tetapi hal ini belum berlaku di SI dengan massa paling besar diantara ormas lainnya. Dukungan untuk Cokro semakin melemah dan popularitasnya surutkarena ditinggal para pendukungnya, sedangkan Semaun makin berjaya karena sukses memimpin pemogokan buruh pabrik gula. Muncullah PPKB (Persatuan Perserikatan Kaum Buruh) yang berdiri karena alasan politis. Agus Salim dari kaum putih/ SI Yogya ingin mengembalikan kredibilitas faksi Yogya dengan mengancam melakukan pemogokan umum. Tapi rupanya pihak pemerintah kolonial menyadari kalau ancaman ini didasari alasan politis belaka, dengan kepentingan intern SI didalamnya, hingga tidak membahas persoalan ekonomi lagi. Dugaan pemerintah kolonial rupanya tepat, dengan keputusan menaikkan gaji buruh pabrik gula, pemogokan tidak terjadi. Hilanglah kepercayaan buruh kepada PPKB karena merasa hanya dijadikan mainan. Tapi pihak CSI/SI Yogya tidak kehabisan akal, mereka kali ini memutuskan untuk membuang unsur merah/SI Semarang pimipinan Semaun dan Darsono, agar dapat mengontrol penuh CSI/SI. Usul ini mewujudkan diri dengan dalih disiplin partai, menyebut CSI bertujuan memurnikan ajaran Islam, karena itu faksi merah yang komunis di Semarang harus angkat kaki dari CSI. Tapi Darsono membalas, dengan menulis di hariannya, Cokro adalah seorang yang korup, dan para pembesar CSI tidak transparan dalam pengelolaan keungan organisasi. Saling serang antara faksi putih Yogya dengan pihak merah Semarang tidak terhindarkan lagi. Tapi dengan inisiatif bersama, akhirnya kedua pihak ini bersedia akur kembali dengan musuh bersama pemerintah kolonial Belanda. Tapi lagi-lagi CSI/SI bermain licik, dalam pertemuan membahas PPKB, pihak CSI/SI Yogya meminta diadakan restrukturisasi PPKB. Faksi Semaun, kaum merah/komunis dari SI Semarang, dengan besar hati meletakkan jabatannya sebagai ketua. Tetapi, kubu Agus Salim dan Suryopranoto (CSI/SI) menolak mundur dari kepengurusan PPKB,dengan alasan yang dibuat-buat. Hal ini membuat marah kubu Semaun, dengan cara esoknya mengadakan muktamar pendirian Revolutionare Vakcentralee. Pengangkatan Dirk Fock sebagai gubernur jendral baru membawa dampak besar terhadap perjuangan organisasi massa di Hindia. Sikapnya keras, dan tidak toleran terhadap bentuk-bentuk pemogokan kaum buruh. Kasus pemogokan PPPB dapat dijadikan contoh, pemogokan ini terjadi tanpa dikomando lantaran para pegawai pegadaian merasa keberatan harus mengangkut sendiri barang yang digadaikan, padahal upah mereka tidak seberapa. Muncullah pemogokan umum menuntut kenaikan upah, dengan PPPB sebagai koordianatornya. Aksi ini juga didukung oleh ormas lain seperti Budi Utomo dan Insulinde. Tapi pemerintah kolonial tidak mengindahkan tuntutan ini, dan langsung memecat ribuan buruh, sedang para pemimpin pemogokan seperti Tan Malaka dan Bergsma ditangkap lalu dibuang ke luar Hindia. Situasi ini memicu ketegangan hingga mencapai titik puncak di CSI. Apa yang harus dilakukan? Opsinya tinggal dua, terus melawan dengan jaminan pemerintah pasti menghancurkan segala macam perlawanan atau mundur dari arena pergerakan. Kubu CSI/SI Yogya memutuskan untuk berhenti melakukan perlawanan, sedang PKI (Persatuan Kommunist India)/SI Semarang pimpinan Semaun, Darsono, Tan Malaka, menjaga komitmen dengan meneruskan perlawanan. Kedua pihak SI ini lalu melakukan tur propaganda sendiri-sendiri, Cokro mendekati kaum putihan melalui Al-Islam,sedang Semaun tetap melalui serikat-serikat buruh. Keduanya berhasil menjalankan propagandanya. Merasa di atas angin, CSI/SI mengadakan kongres di Madiun 17-23 Februari 1923 untuk memproklamirkan berdirinya Partai Sarekat Islam, pimpinan H.O.S Cokroaminoto resmi berdiri dengan disiplin partai (partijtucht) membersihkan segala unsur komunis dari PSI. Pihak PKI menanggapi pendirian PSI dengan kongres di Batavia tahun 1924, dengan fakta bahwa PKI merupakan organisasi massa dengan jumlah anggota terbesar. Ditambah fakta, saat H.Misbach, pimpinan Insulinde dari kalangan Islam, kala bebas dai tahanan lebih memihak PKI, membuat PKI memutuskan rumusan baru dalam perjuangannya. Pendirian Partai Komunis Indonesia serta-merta disambut sukacita para pendukungnya. Partai ini adalah partai pertama yang menggunakan kata “Indonesia” sebagai nama partai. Pendirian PKI, sekaligus menjadi lonceng berakhirnya zaman reaksi dan zaman partai, karena terjadi peristiwa penting berikutnya, yaitu bebasnya pimpinan kharismatik Insulinde dari kalangan Islam merangkap pemilik harian terkemuka Medan Muslimin, H. Misbach.

0 komentar: